Merenung

 

Tempat sepi, pojokan sudut ruangan, jembatan dapat menjadi tempat favorit untuk merenung. Merenung merupakan tindakan dimana kita memikirkan suatu hal secara mendalam. Ada merenung positif dan ada juga merenung negatif. Merenung positif dapat membantu kita dalam mengintropeksi diri hingga bahkan dapat menghentikan kebiasaan buruk.

Merenung dapat menjadi hal negatif apabila hal tersebut sulit untuk dihentikan bahkan saat kita sudah berusaha tidak memikirkannya. Seakan-akan hidup sudah diujung tanduk dan menganggap banyak sekali masalah yang menimpa hidup kita. Kita menghabiskan banyak waktu begitu saja untuk merenungi semua masalah yang kita hadapi. 

Ada candaan yang mengatakan "jika memiliki tugas yang numpuk maka jejerin aja tugasnya". Dalam menyelesaikan masalah hidup kita juga dapat menggunakan prinsip tersebut. Percaya atau tidak jika kita merasa sedang memiliki banyak masalah sebenarnya masalah utama kita hanyalah satu. Satu masalah utama itulah jika dibiarkan maka akan menyebabkan hal-hal lain yang sebelumnya bukan dianggap suatu masalah namun kini terasa menjadi masalah.

Saat kita merasa sedang banyak masalah maka langkah terbaik yang dapat kita lakukan adalah merenung sejenak sambil melihat rumput yang bergoyag. Melihat apa masalah utama yang menimpa kita dan masalah mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Ibarat sebuah motor mogok diparkiran padahal bahan bakar terisi penuh, masalah yang kita terpikirkan pertama kali pasti mesin motor ini rusak. Padahal yang sebenarnya terjadi hanya masalah pada busi saja. Apabila kita bisa menyederhanakan pola pikir kita saat motor mogok seperti "Ohh ini busi nya nih, tadi tenaganya suka ilang-ilangan soalnya". Maka kita bisa terfokus pada businya saja, menyelesaikan masalah busi rusak lebih mudah dari pada menganggap mesin motor itu rusak. Apabila busi rusak langkah yang kita ambil hanyalah sederhana seperti mengeringkan busi, menyunat busi, atau kita bisa langsung membeli busi baru tanpa harus mendorong motor kita.

Kita ambil contoh lainnya seperti kasus pada mahasiswa akhir yang sedang kebingungan dengan skripsinya. Masalah skripsi terlihat sangat serius, berat dan besar sehingga bisa membuat kita merenunginya sepanjang hari. Padahal skripsi adalah hasil akhir dari proses-proses yang yang kita lewati. Maka inilah saatnya kita belajar memacahkan masalah bukan malah merenunginya. Memecahkan masalah bearti menjadikan masasalah tersebut menjadi beberapa bagian. Dalam hal ini 1 masalah yaitu skripsi yang akan kita pecah menjadi 5 bagian.  Biasanya dalam per-skripsian dibagi beberapa tahapan (1) mencari judul dan dosen pembimbing, (2) melakukan seminar kolokium, (3) melakukan seminar hasil, (4) seminar kompre dan akhirnya (5) cetak skripsi.

Dari kelima bagian itu, masih dapat kita pecah-pecah lagi seperti misal pada tahap satu (1), dimulai dari mencari informasi bagaimana alur mengajukan, mendownload form pendaftaran, mengisi form tersebut, dan mengirimkan form yang telah diisi. Begitu pun pada tahapan lainnya kita juga harus bisa memecah masalahnya menjadi bagian kecil, sehingga masalah tesebut terlihat sederhana dan tak membuat kita merenung sepanjang hari. 

Dari dua contoh kejadian tadi maka dapat disimpulkan merenung memang bisa menjadi salah satu cara kita memecahkan masalah, apabila kita bisa segera mengalihkan diri dari pikiran yang negatif. Semakin kita larut dalam pikiran negatif maka akan semakin sulit kita dapat mecahkan masalah. Namun tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan merenung terlebih dahulu.

Komentar