Bangku Kosong

 


Bercerita tentang Jogja enggak pernah ada habisnya. Ini kedatangan yang kesekian kali. Namun kedatangan kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Pertama kali mendatangi Jogja yaitu bersama keluarga besar ibu, kedatangan kedua saat studytour SMA, kedatangan ke tiga saat libur kuliah, kedatangan ke empat yaitu saat mencoba mencari kerja. Namun pada kali ini kedatangan kembali ke Jogja saat sudah memiliki penghasilan sendiri.

Di Malioboro, kami duduk di bangku itu dan mulai bercerita.
"Kok ayem yo rasa ne lungguh neng kene, ngamati wong - wong mlaku". Sambil menceritakan semua keributan yang ada di dalam pikiran.

Hal - hal yang banyak diutarakan yaitu rasa kekhawatiran akan hal yang belum pasti. Ketakutan untuk mengambil suatu tindakan atau keputusan. Saling memberikan pendapat, walau faktanya diri ini tak sanggup melakukan sendiri pendapat itu. Rasanya ingin menyebut diri kami pengecut. 

Sate nya mas,.


Sejenak kami melupakan obrolan kami sambil memakan sate padang. Mungkin ada yang bertanya, Jauh-jauh ke Jogja yang dibeli malah sate padang. Ya itulah kami, yang sangat lah bebas dalam menentukan makanan. Rasa sate itu memang kurang bisa dinikmati, namun hal itu tak menjadi bahan obrolan kami. Usai makan kami menyeruput wedang ronde. Hangatnya wedang membuat hati terbuka menceritakan isi hati.

Pertanyaan pun muncul yang ditujukan kepada ku 
"Apa perasaan mu saat pertama kali untuk berkenalan dengan orang tua nya?" 

Kami pun kembali ke bangku kosong, dan memulai kembali memandangi manusia berjalan. Sesekali kami tertawa melihat kejadian lucu yang tak sengaja terjadi. Duduk lama di bangku itu membuat ku sadar akan sebuah jawaban akan pertanyaan seusai meminum wedang ronde tadi.

Manusia cendurung melihat kekurangan yang ada dalam diri, sehingga menjadikan diri ini takut untuk bertemu orang tua pasangan kita pertama kali. Padahal ada banyak hal yang bisa kita banggakan, namun karena salah satu kekurangan kita, kita menjadi manusia yang penakut. Ada yang bilang bahwa kita bukan menjadi seorang penakut, namun menjadi manusia yang sadar diri.

Akhirnya kita memutuskan untuk meningkatkan kualitas diri. Walaupun tidak tahu kapan kita bisa merasa layak, karena saat kualitas diri kita naik, kita ingin meningkatkan kembali.

Komentar